Televisi dan Perilaku Anak-Anak

Hiaat! Hiaat! Rasakan ini, "dugh!". Tinju si kecil mengenai lengan kakaknya. "Aaaaau! Sakiit! Jangan pukul Kakak, De!" teriak sang kakak yang sedang serius menyusun lego.

Itulah tayangan film kartun yang adegannya diulang oleh jagoan kecil saya. Sempat heran juga, kenapa akhir-akhir ini anak bungsu saya sering menyerang dengan tangan atau benda-benda yang dipegangnya. Oh, tanpa saya sadari televisi yang beberapa waktu terakhir sempat agak dilonggarkan telah menjadi sumber inspirasi.

Itulah dia televisi, kotak ajaib dengan suara dan gambar bergerak, selain bisa menghibur, juga mampu menghipnotis penontonnya, tak terkecuali anak-anak.

Memang selalu ada kontroversi tentang televisi bagi anak-anak. Namun secara umum, saya bisa katakan, televisi itu sama halnya seperti makanan. Jika tayangannya baik maka efeknya juga baik, jika isinya negatif maka akibatnya menjadi racun bagi otak, dan terimplementasikan dalam perilaku.

Racun-Racun Televisi
Anak-anak belajar lewat kegiatan yang reflek dan cepat menyerap informasi dari hal-hal yang diulang, meskipun hanya sekilas. Televisi memiliki kekuatan tersebut.

Oleh karena itu, memilihkan tayangan yang baik adalah cara paling bijak. Banyak tayangan yang sepertinya diperuntukkan bagi anak-anak tetapi nyatanya mengandung muatan yang tidak cocok dengan anak-anak. Bahkan film kartun pun tidak semuanya cocok untuk anak. Banyak di antara film kartun mengandung unsur kekerasan, intimidasi, ketakutan, dan kata-kata yang negatif.

Satu hal lagi yang perlu diwaspadai adalah tayangan iklan. Adakalanya film yang diputar di TV cukup bagus, tapi iklan pendukungnya mengandung muatan yang kurang baik termasuk di antaranya budaya konsumtif.

Adapun film-film dan tayangan untuk dewasa jelas sudah termasuk dalam daftar pertama yang harus kita jauhkan dari anak-anak. Kita tentu belum lupa kasus meninggal dan cederanya beberapa anak akibat meniru tayangan "Smack Down".

Sebenarnya, televisi seringkali hanya menjadi pelarian anak-anak dan bahkan orang dewasa yang tidak memiliki kegiatan menarik. Oleh karena itu, selalulah progresif mencari bahan-bahan kegiatan positif dan menarik di dunia nyata untuk kita dan juga anak-anak kita. Jangan sampai kita terkena candu televisi hanya karena kita kehabisan aktivitas.

Salam Pendidikan!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel